Pelestarian Populasi Badak Jawa
Perlihatkan Kemajuan
Selasa, 1 Mei 2012 | 21:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kemitraan publik-swasta yang
dibentuk untuk menyelamatkan Badak Jawa dari kepunahan melaporkan,
kemitraan untuk meningkatkan jumlah populasi hewan tersebut di Taman
Nasional Ujung Kulon sebanyak 50% dalam kurun waktu lima tahun telah
memperlihatkan kemajuan setelah duabelas bulan tim tersebut dibentuk.
Kelompok Kerja Aksi Konservasi Badak Jawa (Pokja) ini merupakan gabungan
dari para ahli dari berbagai disiplin, meliputi Taman Nasional Ujung
Kulon (TNUK), LSM setempat, perusahaan swasta, serta akademisi.
Pokja
tersebut melaporkan hasil kegiatan mereka setelah satu tahun
beroperasi. Langkah-langkah penting telah diambil untuk meningkatkan
sistem perlindungan habitat badak Jawa di dalam area Ujung Kulon, dan
telah mampu mengurangi kegiatan perambahan oleh masyarakat lokal dan
perburuan liar. Beberapa kamera video
yang ditempatkan di dalam habitat badak sepanjang 2011 menunjukkan
adanya komunitas badak sedikitnya 35 ekor, termasuk di antaranya
beberapa badak berusia muda.
Kepala Taman Nasional Ujung Kulon dan
Koordinator Program Pokja, Dr Moh. Haryono mengatakan, untuk jangka
panjang, ekowisata yang bernilai jual tinggi ini dapat memberikan
kerangka ekonomi bagi pengelola dan komunitas sekitar Taman Nasional
Ujung Kulon, sehingga mampu menyediakan fasilitas yang dapat menunjang
tumbuhnya populasi Badak Jawa secara berkesinambungan.
"Video yang
kami sebarluaskan hari ini menunjukan bahwa perjuangan untuk
menyelamatkan Badak Jawa dari kepunahan masih berlanjut. Ada komunitas
badak Jawa yang meskipun kecil namun berkembang di dalam Taman Nasional,
yang dapat bertambah jika kondisinya tetap terjaga dengan baik," ujar
Haryono kepada Kompas.com di Jakarta, Kamis (26/4/2012).
Ia
mengatakan, selama 12 bulan pertama dari program Pokja ini, dengan
bantuan dari LSM dan sektor swasta, yaitu Asia Pulp & Paper (APP),
pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi habitat badak
dengan fokus pada kegiatan pengembangan masyarakat dan pendidikan.
Adapun
Taman Nasional Ujung Kulon berlokasi di ujung barat pulau Jawa dengan
luasan 122.451 hektare, dan dikelilingi oleh 15 desa. Selama 12 bulan,
Pokja tersebut menjalankan sejumlah proyek pemberdayaan masyarakat
dengan memprioritaskan pemberian pendidikan dan pelatihan untuk mata
pencaharian alternatif yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
sehingga dapat menghindari adanya perambahan ke dalam wilayah
konservasi.
Pada 12 bulan pertama, Pokja tersebut memulai
aktivitas peningkatan kualitas habitat dan restorasi habitat badak Jawa,
seperti misalnya mengontrol tumbuhnya spesies tanaman Langkap (Arenga
obtusifolia) yang memusnahkan tumbuhan pakan badak. Pokja tersebut juga
membantu memantau populasi badak Jawa menggunakan video pemantau.
"Kerjasama
ini adalah sebuah contoh ari kemitraan masyarakat-swasta yang berjalan
dengan baik. Kami mengajak pihak-pihak lain juga turut aktif
berpartisipasi dalam kerjasama ini di masa mendatang sehingga dapat
mendukung usaha pemerintah dalam melindungi konservasi spesies yang
terancam punah," ujar Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati,
Kementerian Kehutanan, Ir Novianto Bambang W.
Badak Jawa pernah
menjadi salah satu jenis badak Asia yang paling luas penyebarannya
dengan jumlah ribuan tersebar di Indonesia, Myanmar, Thailand dan
Semenanjung Malaysia. Perburuan yang dilakukan semasa era pendudukan
Belanda selama ratusan tahun telah menyebabkan penurunan dramatis dari
populasi badak Jawa. Jumlah hewan ini terus menurun hingga setelah tahun
1990-an akibat perburuan ilegal yang dilakukan untuk mendapatkan cula
badak yang langka dan sangat berharga tersebut, serta perambahan hutan
yang mengakibatkan punahnya habitat mereka.
0 komentar:
Posting Komentar